Strategi Komunikasi Krisis: Respons Perusahaan Terhadap Skandal Personal Brand Ambassador
Abstract
Penelitian ini mengkaji strategi komunikasi krisis yang diterapkan oleh perusahaan dalam merespons skandal yang melibatkan brand ambassador mereka. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif online, studi ini meneliti kasus skandal personal seorang selebriti yang menjadi brand ambassador sebuah perusahaan kosmetik terkemuka di Indonesia. Data dikumpulkan melalui observasi terhadap pernyataan resmi perusahaan di media sosial, artikel berita online, dan komentar publik di platform digital selama periode krisis. Analisis dilakukan dengan menggunakan kerangka Teori Komunikasi Krisis Situasional (Situational Crisis Communication Theory/SCCT) yang dikembangkan oleh Timothy Coombs. Temuan menunjukkan bahwa perusahaan menerapkan strategi gabungan antara diminishing (pengurangan) dan rebuilding (pembangunan kembali) dalam merespons krisis. Perusahaan berusaha mengurangi persepsi negatif publik dengan menekankan bahwa skandal tersebut bersifat personal dan tidak mencerminkan nilai-nilai perusahaan, sambil secara aktif membangun kembali reputasinya melalui permintaan maaf dan komitmen untuk meninjau kembali kebijakan pemilihan brand ambassador. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa respon cepat dan transparan, disertai dengan tindakan konkret untuk mengatasi krisis, memainkan peran kunci dalam memitigasi dampak negatif terhadap citra perusahaan. Studi ini memberikan kontribusi pada pemahaman tentang manajemen komunikasi krisis dalam konteks hubungan perusahaan dengan brand ambassador di era digital, serta menyoroti pentingnya kesiapan strategi komunikasi krisis yang adaptif terhadap dinamika media sosial.
Kata-kata Kunci: komunikasi krisis, brand ambassador, skandal selebriti, analisis deskriptif